Thursday, February 12, 2009

BAB 1a- Apakah Jawaban Bagi Stevie?

Di awal perjalanan saya dengan Kristus, saya berkerja di sebuah rumah sakit bagi anak-anak cacat mental di Lubbock, Texas. Sama seperti Yesus yang di pimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun, saya di pimpin ke Texas – di sebuah sekolah untuk membimbing anak-anak cacat. Dapat saya katakan bahwa tempat tersebut adalah salah satu tempat yang paling tragis. Hari-hari saya dipenuhi dengan interaksi berjam-jam yang menyedihkan dengan anak-anak yang hancur dan terluka ditambah dengan udara sekitar yang sangat bau. Anak-anak yang saya tangani tidak bisa mengendalikan dirinya. Mereka sering buang air di mana saja; pada diri mereka sendiri, di pintu, atau bahkan pada diri anda. Kadang-kadang saya bertanya, “Tuhan, apakah ini kehendak-Mu? Apakah Engkau sunguh-sungguh memimpin aku di sini?”
Tidak lama saya menyadari bahwa Tuhan memimpin saya kesana untuk menerima pengajaran dari-Nya. Di Lubbock, Texas inilah tempat saya belajar memahami Roh Kudus secara peribadi. Bahkan sebahagian besar prinsip-prinsip yang saya terapkan dalam pelayanan saya sekarang, saya pelajari di tempat itu.
Ada ratusan anak-anak di sana dan sebahagian besar dari mereka telah “dibuang” atau diserahkan oleh orang tuanya sendiri. Meskipun secara hukum mereka “diasuh oleh Negara”, pada kenyataannya mereka adalah bagian dari nilai-nilai kemanusiaan yang telah hancur, yang tidak diingini atau diakui oleh sesiapapun. Tuhan berkata pada saya, “Firman-Ku berkata jika ayah dan ibumu meninggalkanmu, Aku akan menyambutmu. Aku ingin agar engkau mengasihi anak-anak ini dan menjadi utusan-ku.” 1 Saya pun melakukannya.
Pada sembilan jam pertama, saya menangani anak-anak yang sudah bisa berjalan. Kemudian saya menangani bayi-bayi yang mengalami kerusakan otak ringan. Kebanyakan bayi tersebut lahir dari ibu-ibu pemakai heroin, sementara yang lainnya berada di sini akibat serangan dari orangtua mereka yang alkoholik terutama ketika mereka sedang mabuk. Bayi-bayi ini ditempatkan di tempat tidur kecil sehingga mereka cukup besar dan tidak muat lagi di tempat itu, dan biasanya saya menggendong mereka dan duduk di kerusi goyang sambil berdoa dengan bahasa roh. Saya tahu bahwa Yesus mengasihi mereka, demikian juga saya. Sepertinya Yesus memberikan hati-Nya yang hancur untuk anak-anak itu dalam diri saya. Saya sungguh-sungguh mengasihi anak-anak kecil itu.

Tuhan Mulai Memulihkan Mereka

Tiba-tiba saya menyadari bahwa anak-anak yang dinyatakan tidak bisa berjalan, mulai berjalan. Seorang gadis kecil yang secara medis dinyatakan lahir buta, mulai melihat dan bereaksi! Setiap kali saya masuk ke kamarnya, walaupun tanpa suara, ia akan menoleh dan memandang saya sambil mengulurkan tangannya! Sungguh – Tuhan mulai memulihkan anak-anak ini.
Pada saat itulah saya ditunjuk untuk bergabung kedalam sebuah “regu psikologi” yang bertugas menerapkan teknik modifikasi perilaku pada beberapa anak tertentu. Teknik ini dirancang untuk melatih anak-anak berusia 15,16 dan 20 tahun agar dapat mengikat tali sepatu mereka sendiri atau pergi ke kamar mandi tanpa harus ditemani.
Saya tidak akan lupa hari ketika saya bertemu seorang anak laki-laki berusia 16 tahun dalam kelompok tersebut, yang saya panggil “Stevie.” 2 Stevie adalah penderita penyakit sindrom Down, cacat mental yang biasanya ditandai dengan menurunnya kapasitas mental dan kondisi fisik yang tidak sempurna. Kasus Stevie bahkan lebih parah. Dia sering menyakiti dirinya sendiri dengan berteriak-teriak sambil memukuli wajahnya.
Staf psikolog di sekolah telah mendapat ijin pemerintah Negara bagian di Austin, Texas, untuk melakukan terapi kondisi negative, yang bertujuan untuk memodifikasi perilaku Stevie dengan melakukan syock elektrik tiap kali dia mulai menyakiti dirinya sendiri. Mereka membuat grafik perilaku selama periode tersebut, dan saya melihat grafiknya. Keadaannya justru semakin memburuk. Ketika saya ada di sana, wajahnya terasa sangat kasar kerana ia terus menerus menyakiti dirinya.
Akhirnya para petugas mengikat Stevie pada sebatang kayu sehingga ia tidak bias menyentuh wajahnya. Namun timbul masalah lain, anak-anak yang satu kelompok dengannya sering menganggunya. Mereka suka berlari-lari dibelakang Stevie dan mendorongnya dengan kuat sehingga ia kehilangan ke seimbangan dan terjatuh. Stevie tidak bisa melindungi wajahnya kerana tangannya terikat setiap kali anak-anak itu mempermainkan dan mendorongnya, dan Stevie akan jatuh lantai tanpa bisa melindungi wajahnya atau mengurangi rasa sakitnya ketika jatuh.


Apakah Jawaban Bagi Stevie?
Sering kami mendapati darah mengalir dari hidung, bibir, dan mulutnya. Setiap kali saya datang, Stevie bisa merasakan kasih Allah yang mengalir melalui saya dan ia akan menyandarkan kepalanya di atas bahu saya, lalu menangis.
Akhirnya saya berkata, “Tuhan, Engkau berkata bahwa Engkau mengutus aku untuk mengasihi anak-anak itu. Apakah jawaban bagi Stevie?”
Dengan sangat jelas saya mendengar suara Roh Kudus berkata, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.” Meskipun ayan tersebut terdengar akrab di telinga anda, namun sangat asing bagi saya. Saya telah menyelesaikan sekolah Alkitab selama 4 tahun dan telah mendapat gelar sarjana, namun saya tidak mengetahui bahwa Roh Kudus mengutip ayat Alkitab dari Matius 17:21.
Hal lain yang gagal saya pelajari selama 4 tahun sekolah Alkitab adalah tentang berpuasa. Saya berpikir, “ berpuasa – bukankah artinya tidak makan dan minum?” Jadi saya tidak makan dan minum air atau coke atau yang lainnya. Tanpa saya sadari bahwa pada saat saya berpuasa tidak makan, saya memimpikan ayam goreng, kentang goreng, dan daging. Saya juga tidak waspada puasa minum, prioritas saya berubah. Pada hari ketiga saya berpuasa minum, saya mulai curiga tiap kali mendengar seseorang mencuci tangan di wastafel kamar mandi. Suatu waktu seseorang keluar dari kamar mandi dan saya berkata, “Kamu tahu? Kamu bisa saja meminum air itu! Ia berkata “Apa?” dan saya akan cepat-cepat berkata, “ Tidak, lupakan saja.”

Sekarang Berdoa bagi Stevie

Pada hari keempat Tuhan berbicara kepada saya dan berkata,”Kamu boleh minum,” dan saya minum. Tapi saya tidak mengakhiri puasa saya hingga hari ke 14 dan Tuhan berkata,”Sekarang berdoa bagi Stevie.”
Ketika saya tiba di sekolah untuk bertugas hari itu, saya membawa Stevie ke ruangan saya dan berkata, “Stevie, saya tahu pikiranmu mungkin tidak memahami apa yang saya katakan, tapi rohmu memahaminya. Saya ingin mengatakan padamu bahwa saya adalah hamba Tuhan Yesus Kristus. Saya datang untuk membawa kabar baik bagimu. Saya ingin kamu tahu bahwa Yesus Kristus datang untuk membebaskan para tawanan.”
Kemudian saya berkata, “Dalam nama Yesus, engkau roh jahat pergilah dalam nama Yesus.” Tiba-tiba tubuh Stevie terlempar sejauh 8 kaki dari saya dan membentur tembok kamar. Ketika Stevie membentur tembok kamar, tubuhnya terangkat setinggi 3 kaki dari lantai, kemudian terjatuh dan merintih. Saya menciun bau seperti telur busuk dan bau sulfur memenuhi ruangan, lalu menghilang perlahan-lahan.
Saya segera meghampiri Stevie, memeluknya dan membuka ikatannya sementara ia membelalakkan matanya. Kemudian Stevie mulai mengerakkan tangannya dan meraba wajahnya. Saya melihat ia meraba pelan-pelan mata, hidung dan telinganya; kemudian ia mulai menangis. Ia menyadari bahwa untuk pertama kalinya ia tidak menyakiti dirinya sendiri. Ia meraba wajahnya, dan ia telah diselamatkan! Pada kejadian yang tak terlupakan itu, Allah menunjukkan pada saya kebesaran kuasaNya yang Ia berikan pada kita untuk mengusir roh jahat dan membebaskan para tawanan. Dalam beberapa bulan, semua bekas-bekas luka telah hilang. Stevie telah sembuh karena ia sudah tidak lagi menyakiti dirinya.
Sesungguhnya, anda membaca buku ini karena Stevie, dan saya bersyukur pada Tuhan atas anak muda ini dan cara Tuhan memakai saya dalam situasinya yang putus asa untuk menyatakan kebenaranNya yang saksikan pada anda.
Mukjizat yang membawa anda dan saya dalam buku ini bahkan dimulai jauh sebelumnya, ketika saya berumur 16 tahun, di Kenya, Afrika Timur, 1962. Saya besar dalam keluarga Hindu dari kasta tinggi, saya dididik untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat Hindu dan saya adalah ahli dalam tulisan suci agama Hindu.
Salah satu prinsip utama yang saya pelajari sejak kecil ialah, “Kamu adalah pencari kebenaran”, maka dengan patuh saya mencari kebenaran. Orang tua saya berasal dari India, tetapi saya lahir dan dibesarkan di Kenya. Saya telah mendapatkan banyak penghargaan, dan meskipun ayah saya telah meninggal ketika saya baru berusia 5 tahun, saya tetap menjadi anggota golongan atas dan kasta ksatria dalam dunia agama Hindu.
Pencarian saya akan kebenaran dimulai pada suatu hari yang panas di tahun 1962, ketika isteri seorang misionaris Baptis mendatangi daerah kami untuk membantu anak-anak kecil. Dengan alasan-alasan yang hanya diketahui oleh Tuhan, wanita bertubuh kecil dari Texas Barat ini mengetuk pintu sebuah rumah di mana keluarga Hindu yang taat tinggal, untuk meminta segelas air dingin. Kebetulan saya yang di rumah dan yang membukakan pintu, saya memberikannya segelas air dingin dan ia memberikan saya sebuah Alkitab (pada saat itu kami berdua tidak menyadari bahwa pertukaran sederhana tersebut akan membawa lebih dari 700.000 orang kepada Yesus Kristus beberapa tahun kemudian. Kadang-kadang ketaatan kita yang sekecil apapun dimaksudkan untuk rencana besar, lebih dari yang kita bayangkan!)
Saya mulai membaca Alkitab, tentu saja karena saya sedang mencari kebenaran. Itulah caranya saya bertemu dengan tokoh paling unik yang pernah saya baca. NamaNya adalah Yesus Kristus. Sebagai seorang yang mencari kebenaran saya tertarik dengan perkataan orang suci ini: “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekan kamu.” 3 Saya berkata, “Ya, benar”, dan melanjutkan membaca kitab Yohanes.
Ketika saya membaca ayat di mana Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” dalam Yohanes 14: 6, terbukalah mata orang Hindu dari kasta ksatria yang dulunya sangat bangga denga tradisinya. Saya mencari kebenaran dan tiba-tiba saya bertemu Yesus Kristus yang adalah kebenaran. Meskipun demikian saya tidak langsung menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.

No comments: