KOMENTAR
“Mahesh Chavda telah merasakan anugerah Allah dengan cara berpuasa yang menghasilkan buah-buah roh. Ia seorang yang mengasihi Yesus, dan itulah yang memotivasi dirinya untuk mendapatkan tempat di hati-Nya. Mahesh memiliki pengalaman peribadi dalam hal ini. Pengalamannya akan menjadi inspirasi dan petunjuk bagi banyak orang. Saya merekomdasikan buku ini.”
-M ike Bickle, Pendeta Senior
Metro Christian Fellowship
“Saat ini beberapa orang telah berpuasa dan berdoa dengan giat dan melihat hasil yang dicapai Mahesh Chavda dalam pelayanannya yang dinamis. Buku ini akan membawa anda kepada."
John Arnott,
Pendeta Senior Toronto Airport
Christian Fellowship
“Merupakan suatu kebanggaan bagi saya untuk mengenal dan berkerja-sama dengan Mahesh Chavda selama lebih dari 20 tahun. Pelayanan dan pengajarannya diambil dari pengalaman. Buku ini lebih dari sekadar cara manual yang baik untuk mempelajari ‘theologi doa dan puasa’; yang ada di tangan anda adalah senjata berisi kekuatan spiritual dan kesaksian dari seorang pelopor masa kini yang telah mengalami apa yang dikatakannya. Rasa lapar anda akan Tuhan semakin bertumbuh dan keinginan duniawi anda akan lenyap ketika anda membaca buku ini dengan sungguh-sungguh. Berpuasa akan menjadi hal yang menyenagkan dan bukan hanya sekadar pengorbanan.”
-Jim W. Goll, Pendiri
Ministry to the Nations
KATA PENGANTAR
Berpuasa dulunya adalah hal biasa bagi umat Kristen, tetapi sepanjang pengalaman saya sebagai orang Kristen, hal tersebut menjadi langka. Banyak orang mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya, hal spiritual yang serba cepat yang dimiliki tanpa disiplin dan pengorbanan. Kebudayaan barat telah mengajarkan kita untuk mendapat sesuatu dengan serba cepat. Ada makanan cepat saji bahkan kredit serba cepat. Hanya sedikit hal yang perlu waktu lama sekarang ini. Hal yang sedikit ini termasuk juga berpuasa, suatu bentuk penantian ~ penantian yang tidak menyenangkan. Jadi berpuasa adalah hal yang kontras dengan apa yang terjadi pada masa kini.
Berpuasa juga kontras dengan theology beberapa orang. Pernah suatu waktu saya mendengar seorang professor theology memberikan kuliah tentang puasa di sebuah ruang yang dipenuhi oleh sebahagian besar professor. Ia menyimpulkan bahwa berpuasa adalah jalan terakhir dalam menghadapi masalah besar. Implikasinya adalah puasa yang dilakukan di luar masa krisis tidak perlu dan tidak menguntungkan. Tidak seorangpun dalam rungan itu yang mempertanyakan kesimpulannya. Satu-satunya yang mempertanyakannya adalah seorang pendeta yang tidak mendapatkan manfaat dari pendidikan seminari, tetapi berpuasa secara teratur. Namun demikian, ia bukan tandingan bagi theology kompleks di ruangan itu. Sehingga akhirnya disimpulkan bahwa berpuasa bukanlah bagian dari kegiatan kekristenan.
Pada beberapa waktu, ketika puasa di bahas muncul pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung. Entah hal ini disebabkan oleh penderitaan yang terjadi dalam hubungan dengan berpuasa di masa lalu, atau merupakan refleksi keinginan untuk menjalani hidup kekristenan yang tidak mengharuskan kita berkorban, saya tidak tahu. Yang saya tahu bahwa hilangnya kegiatan rohaniah yaitu berpuasa telah mengakibatkan gereja kehilangan sebahagian kuasa Roh Kudus dan keintiman dengan Yesus yang akan dianugerahkan Allah jika kita melakukannya.
Doa juga tidak mengalami nasib yang lebih baik dari berpuasa. Meskipun kita menyedari pentingnya berdoa, kita sulit berdoa secara konsisten. Pengakuan terbanyak yang saya dengar dari orang-orang yang rajin ke gereja di sepanjang pelayanan selama 30 tahun adalah mereka tidak dapat berdoa secara teratur. Hampir lebih mudah melakukan pekerjaan lain dari pada berdoa. Karena tidak dilakukan, mereka tidak merasakan kuasa doa. Kuasa doa baru dicari ketika semua dirasa gagal.
Ada tanda-tanda bahwa doa dan puasa akan kembali berjaya. Mayoritas pemimpin gereja menganjurkan jemaatnya untuk berpuasa dan berdoa, dan gereja mulai memberikan tanggapannya. Sehubungan dengan hal ini, saya dengan sukacita merekomendasikan buku baru Mahesh Chavda. Nilai buku ini bukanlah pada tawaran teori-teori baru tentang doa dan puasa. Juga bukan pada nasihat-nasihat bijaksana yang ditawarkannya tentang doa dan puasa, mengapa seseorang hendaknya berdoa dan berpuasa, bagaimana menghindari doa dan puasa yang hanya sekadar menjadi kebiasaan, atau pada deskripsi mendetil tentang keuntungan dari doa dan puasa. Kekuatan sesungguhnya dari buku ini adalah bahwa buku ini ditulis oleh seseorang yang sebahagian besar hidupnya sebagai orang Kristen telah melakukan doa dan puasa, dan pada saat bersamaan telah menghindari kesombongan rohani yang selalu menyerang mereka yang melakukan puasa dan doa. Beberapa peristiwa rohani di buku ini akan menantang pembaca, dan sebahagian dari pembaca mungkin akan sulit mempercayainya. Tetapi jika kesaksian sejarah gereja bisa di percaya, mereka yang berpuasa dan berdoa menerima jawaban doa-doanya. Hal tersebut juga merupakan kesaksian Alkitab. Mengapa kita sulit mempercayai bahwa hal-hal indah dapat terjadi saat kita melakukan kehendak Allah?
Di dalam buku ini terdapat nilai sejati. Nilai tersebut adalah kebenaran dari perjalanan seorang pria bersama Allah, yang diceritakan dengan cara yang akan mendorong kita untuk melakukan kehendak Allah.
--Jack Deere
Evangelical Foundation Ministries, Inc.
PENDAHULUAN
Kuasa Di Balik Doa Dan Puasa yang ditulis oleh Mahesh Chavda adalah hal yang di perlukan oleh gereja saat ini. Teman saya Mahesh Chavda adalah orang yang tepat menulis buku tentang berpuasa.
Buku ini adalah penentuan rohani yang tepat bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin melakukan cara hidup doa dan puasa sesuai Alkitab. Mahesh memberikan kita pengertian yang dalam dan sederhana tentang prinsip-prinsip dasar dan motivasi berpuasa. Penjelasannya jelas dan mudah dimengerti. Yang dikemukakannya penuh hikmat, namun transparan, menjadikan buku ini sebagai suatu kontribusi berharga bagi orang percaya dari berbagai latar belakang.
Dengan sepenuh hati saya rekomendasikan buku ini bagi mereka yang hendak mengikuti teladan Tuhan Yesus Kristus mencari wajah BapaNya melalui doa dan puasa.
--Paul Cain
Kansas City, Missouri
Thursday, February 12, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment