Monday, February 9, 2009

CHURCH SHIFT-BAB 1: KEKUASAAN RAKYAT

BAB 1

SAYA TIDAK DAPAT MEMPERCAYAI APA YANG ALLAH PERINTAHKAN UNTUK saya lakukan. Saya terus mundar-mandir di tempat doa saya di mana saya bertekad untuk menghabiskan satu minggu hanya bersama Allah. Dan saya terus membantah Dia.

“Tetapi Tuhan, apa yang engkau suruh untuk kulakukan adalah hal yang dilarang dan berbahaya,” ujar saya. “Kami bisa ditembak. Pemerintah bisa mengeluarkan tang-tang mereka. Orang-orang bisa terbunuh. Setidaknya, reputasi kami di Ukraina bisa hancur berantakan.”

Tetapi Allah tidak goyah. Seminggu penuh itu saya habiskan dalam doa, dan jawaban-Nya kepada saya tetap sama: Dia menginginkan gereja saya memprotes pemerintahan kami secara terbuka di Kyiv.

Di benak saya hal ini bukan hanya bodoh, namun juga berbahaya. Sama saja dengan menyatakan perang dengan pemerintah. Kami bisa diperlakukan dengan kejam, dipenjarakan, atau ditembak, seperti yang terjadi kepada para pemrotes di masa lalu.

Sekalipun Ukraina secara rasmi bukan Negara komunis lagi, rakyat Negara ini masih hidup dengan pola pikir orang tertindas. Selama bertahun-tahun Uni-Soviet telah mengajari rakyat Ukraina untuk tunduk pada otoritas tanpa banyak tanya. Meskipun Uni-Soviet tidak ada, rakyat masih belum dapat membayangkan suatu pemerintahan yang menghormati mereka. Jadi pemerintah merasa bebas memperlakukan rakyat seperti domba dan pelayan. Tidak ada pertanggungjawaban dalam kepimpinan, sebagaimana yang berlaku dalam demokrasi. Para pemimpin berlaku sekorup yang mereka inginkan, dan rakyat hanya menerimanya seperti yang selalu terjadi selama ini. Mereka terus menyembunyikan pikiran dan perasaan mereka jauh di dalam diri dan berpura-pura setuju dengan pemerintah. Sekalipun Ukraina telah merdeka lebuh dari sepuluh tahun sebelumnya, rakyat masih takut penganiayaan dank amp konsentrasi pada era Soviet akan kembali lagi.

Akibatnya, tidak ada protes dan hanya ada sedikit perkumpulan yang damai di Ukraina. Rakyat tidak mau menegur pemerintah! Mereka menyerah pada nasib. Negara ini beku di tempatnya. Tidak ada orang yang berani melangkah keluar garis. Ancaman kekerasan yang mendasar atau kekejaman terhadap sesiapa pun yang mengajukan apa yang dianggap pemerintah sebagai “pergolakan sosial” sudah dipahami dengan baik. Kelompok-kelompok yang berkumpul tanpa persetujuan pemerintah dapat dihadang dengan peluru dan tank, hukuman penjara, gangguan, atau sedikitnya cemuhan Negara. Wajar jika kelompok politik yang protes, namun akan sangat berbeda bila sebuah gereja mengeluarkan orang-orangnya protes massal.

Bagi kami, sebuah gereja sudah dipandang dengan rasa curiga oleh banyak orang Ukraina, setiap gerak-geri ketidaktaatan sipil sangatlah berisiko. Menggembalakan suatu gereja penginjilan di Ukraina dan Negara-negara Eropa timur lainnya merupakan perjalanan sulit yang rapuh di antara budaya yang memusuhi, para pemimpin pemerintahan yang curiga, dan hukum tidak adil yang membuat gereja tetap tidak diberi hak bersuara. Ukraina menbanggakan diri untuk system pendidikannya, semua berbaris ateis, yang telah menghasilkan 14 pemenang Hadia Nobel. Sebagai Negara pusat gereja Ortodoks, rakyat Ukraina dikondisikan untuk mempercayai bahwa gereja ortodoks adalah satu-satunya gereja yang benar, lambing dari budaya mereka, lebih dari sebuah tempat untuk menyembah Allah, dan bahwa gereja-gereja lain adah kultus, penyeludup asing, bahkan organisasi terselubung untuk para mata-mata. Kami berjuang melawan kesan itu selama bertahun-tahun dengan bekerja dalam damai di Ukraina dan melayani rakyat. Kami memulai dapur sup yang memberi makan dua ribu orang setiap hari secara keseluruhan lebih dari satu juta orang. Kami membangkitkan para pebisnis di gereja melalui program pelatihan bisnis kami. Kami mengadakan kursus persiapan pernikahan, konseling bagi para ibu yang tidak bernikah, dan konferensi kaum pria yang membantu menciptakan keluarga yang kuat dan masyarakat yang stabil. Kami bekerja untuk pencegahan AIDS dan rehabilitasi narkoba, menolong tiga ribu orang untuk bebas dari kecanduaan. Kami mengobati banyak penyakit masyarakat tanpa sesen pun dana pemerintah. Kami melakukan pekerjaan Allah tanpa mengancam sesiapa pun. Kami melayani Ukraina dengan kasih.

Tetapi negara kami masih memperlakukan kami dengan curiga dan membuat hukum-hukum untuk membatasi kami. Kenyataannya, kami menghadapi krisis pada saat itu karena sebagai suatu “kultus” kami diberi tahu bahwa kami tidak diizinkan untuk membeli tanah, meskipun gereja kami adalah gereja penginjilan terbesar di seluruh Eropa. Bayangkanlah anda mempunyai gereja yand terdiri atas ribuan orang dan dihalangi untuk membangun tempat kebaktian anda sendiri. Itulah situasi kami (dan itu berlanjut menjadi situasi di banyak atau sebahagian besar gereja penginjilan di bekas Uni Soviet). Gereja ortodoks dan sekutu-sekutunya dalam pemerintan telah mengecap kami sebagai pasukan mayat hidup dan menuduh daya sebagai pemimpin karismatik yang membuat para anggota gereja tetap terhipnotis. Tidak pernah diperhitungkan bahwa Embassy of God memberi makan lebih banyak orang daripada yang dilakukan oleh pemerintah kota Kyiv dan bahwa kami membuat Negara lebih stabil dan makmur. Kami masih dicap sebagai ancaman bagi identitas nasional Ukraina.

Kami menghindari konfrontasi langsung dengan pemerintah selama satu decade, tetapi kemudian gedung sewaan kami harus diperbarui dan pemerintah memutuskan untuk menendang kami keluar sehingga mereka dapat merenovasi gedung itu. Kami tak tahu harus pindah ke mana. Tak ada tempat yang cukup besar. Buldozer diparkir di luar gedung yang kami pakai ini, menunggu untuk masuk. Segera kami dipaksa untuk berkumpul di luar, di tengah hujan dan salju untuk menyelengarakan kebaktian kami. Gereja terbesar di Eropa telah menjadi tunawisma.

Pada awal krisis saya melakukan apa yang selalu saya lakukan-saya pergi kepada Allah. Dia tidak pernah meninggalkan saya, dan saya tahu Dia akan memiliki solusi bagi kami. Saya tidak khawatir sedikitpun, namun ketika saya berdoa, saya tidak menerima jawapan. Allah sepertinya diam. Saya sudah berdoa selama berbulan-bulan, kemudia setahun penuh, ketika traktor masuk dan sewa kami jatuh tempo, ditambah lagi pemiliknya mematikan aliran air. Jemaat kami mulai bertanya kemana kami akan pindah. Tetapi Allah tetap tidak memberi saya tuntunan mengenai hal ini. Sikap diam-Nya mengguncangkan saya lebih daripada hal lainnya. Saya dapat mengatasi tekanan pemerintah- saya telah berurusan dengan hal itu sejak saya datang ke Uni Soviet pada tahun 1980-an. Saya dapat mengatasi krisis yang melibatkan lokasi gereja kami. Kami sudah sering pindah, enam kali berganti lokasi dalam periode lima tahun. Kami telah bepindah-pindahdi seantero kota- dan tetap bertumbuh. Masalalah yang dibuat manusia tidak membuat saya goyah. Di manakah penolong saya yang selalu hadir? Apa kesalahan yang telah saya perbuat?

Akhirnya, jawapan –Nya datang di antara waktu doa yang bersemangat: “Hadapilah pemerintah kota. Jangan biarkan mereka mempermainkanmu lagi.” Jawapan-Nya menantang saya sampai ke dalam hati. Saya sangat tidak siap menerimanya sehingga saya mengosongkan jadwal saya dan mengambil waktu seminggu lagi untuk memastikan bahwa saya mendengar dengan jelas. Saya berdoa sepanjang hari selama tujuh hari, dan pesan Allah kepada saya tidak berubah. Dia sedang mempersiapkan kami untuk mempunyai dampak yang lebih besar daripada yang saya harapkan. Kami baru belajar mendengarkan.




KEKUASAAN RAKYAT

Allah menyuruh saya mengajak gereja kami ke jalan-jalan raya Kyiv untuk memprotes. “Rakyat adalah kuasa,” Dia berkata. “Gunakan kuasa yang kau miliki.” Gerakan semacam ini belum pernah terjadi di Ukraina. Tetapi Allah membuka mata saya untuk melihat bahwa untuk memenuhi Amanat Agung, kami harus mempunyai dampak pada bangsa-bangsa, bukan hanya pada orang-orang di gereja. Mentranfomasi Negara memerlukan langkah-langkah yang berani. Kami tidak bias lagi hanya dipusingkan dengan memelihara apa yang kami miliki atau menambah jumlah jemaat kami; kami dipanggil untuk bergerak dengan kuat dalam setiap bidang kemasyarakatan. Itu mencakup penggunaan berbagai metode yang tidak pernah kami pikirkan, seperti protes rakyat ini.

Pandangan saya tentang ketidaktaatan warga sipil bersifat tradisional dan konservatif. Saya yakin orang Kristen tidak pernah dibolehkan untuk tidak taat atau berdemonstrasi menentag pemerintah, tetapi harus tunduk dengan rendah hati kepada pemerintah kerana pemerintah menyandang otoritas dan kuasa Allah untuk menghukum. Saya tidak takut dengan hukuman, tetapi saya tentu saja ingin mentaati Allah, dan kerana itu saya mengajar diri saya dan jemaat untuk menghormati pemerintah dan mengikuti hukum-hukumnya.
Namun di tempat doa itu, sendirian dan patah semangat, Allah menunjukkan kepada saya bahwa saya salah. Dia membawa saya untuk membaca Kisah Para Rasul dan menunjukan bahwa ketidaktaatan warga sipil dapat menjadi hal yang benar jika engkau melawan ketidakbenaran. Dia menunjukkan kepada saya bagaimana para murid tidak menaati hukum yang melarang mereka memberitakan nama Yesus. (Lihat Kisah Para Rasul 5.) Saya tidak pernah melihatnya. Mereka tidak hanya melangar hokum, tetapi Allah jugamendukung mereka dalam hal itu. Dalam situasi kami, meskipun demonstrasi damai diizinkan oleh hukum, kami tetap memerlukan izin khusus dari pemerintah untuk mengadakan protes semacam itu. Izin khusus itu tidak pernah dikeluarkan.

Saya meninggalkan waktu doa itu dengan rasa yakin tentang apa yang perlu saya lakukan. Pesan Allah terngiang di telinga saya: “Rakyat adalah kuasa. Gunakan Rakyat.”

“Itu sama saja membunuh diri,” Kata seseorang.

“Itu tidak alkitabiah,” kata beberapa orang yang lain.

Saya sudah mempersiapkan diri, kerana tahu bahwa saya harus berperang dengan taman-teman saya sebelum berjuang dalam peperangan yang sesungguhnya di jalan-jalan raya Kyiv. Lalu saya memberitahukan kepada gereja tentang apa yang saya percaya dikehendaki Allah untuk kami lakukan. Surat-surat pengunduran diri datang di meja saya segera setelah itu. “Kami punya keluarga dan bisnis,” tulis orang-orang itu. “Kami takut. Kami tidak mahu pemerintah mengawasi kita dengan ketat seperti di zaman komunis.”

Untuk mencuba memulihkan kesatuan, saya meminta para pemimpin gereja untuk guna mencari Allah dan meminta jawapan. Kedua belas peria ini melakukannya, dan mereka dating kembali dengan konfirmasi tentang apa yang telah Allah katakana kepada saya. Mereka terheran-heran seperti saya sewaktu mendengar pesan itu, dan sekarang mereka juga sedang mempersiapkan peperangan yang akan tiba. Allah sedang mengajari kami salah satu pelajaran terpenting untuk memengaruhi suatu bangsa,iaitu: Anda tidak pernah mencapainya jika anda tetap berada di balik keempat dinding gereja.

Melalui semua itu kami menemukan apa yang sesungguhnya makna Amanat Agung. Allah telah mengajarkan kami bahww misi kami sebagai orang percaya adalah menyelamatkan bangsa-bangsa, bukan hanya menginjili individu-individu dan membangun gereja-gereja. Allah sangat tidak memusingkan ukuran gereja dan pelayanan gereja. Semua itu adalah tambahan bagi sasaran utama-Nya, iaitu agar semua bangsa berjalan mengikut Dia dalam prinsip-prinsip kerajaan. Gereja menggenapi mandatnya ketika ia mengubah masyarakat, bukan ketika ia terkurung di tempat kebaktian dan ruang kelas sekolah Minggunya. Gereja harus membangun kerajaan Allah di suatu Negara. Kerajaan itu harus mengalir keluar ke jalan-jalan dan tempat-tempat kerja, ke tempat pemerintahan dan hiburan. Itulah sifatnya, untuk bertumbuh dan mengambil alih, Jika anda berusaha menyimpan untuk diri anda sendiri, anda akan kehilangan hal itu.

Dan kami tidak mahu kehilangan.


GEREJA-GEREJA YANG BERFOKUS PADA GEREJA

Terlalu banyak orang Kristen dan pemimpin Kristen yang menghabiskan ebergi, kreativitas, dan waktu mereka yang berharga untuk memajukan gereja, bukan kerajaan Allah. Mereka bekerja demi kesuksesan gereja mereka, atau mungkin demi sekelompok gereja di kota mereka, atau mereka bekerja bagi pelayanan atau denominasi mereka. Mereka percaya bahawa dengan membangun gereja dan pelayanan berarti mereka sedang membangun kerajaan Allah. Mereka mengira gereja dan kerajaan benar-benar sinonim. Isolasi gereja dari dunia ini telah mengakibatkan ketidakefektifan dan kegagalan dalam melaksanakan Amanat Agung.
Namun gereja bukanlah kerajaan. Yesus berkata dalam Lukas 17: 21, “Juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada disini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada diantara kamu.” Kerajaan Allah tidak terbatas pada bait gereja. Tidak ada gereja yang dapat memuat atau mengendalikan Kerajaan Allah. Kerajaan itu dimaksudkan untuk menghuni seluruh bumi, bukan hanya altar gereja anda.

Amanat Agung tidak seperti apa yang dipahami oleh banyak dari kita. Kita mengerti gereja harus melakukan penginjilan-- Membawa orang-orang dari luar ke dalam gedung gereja kita. Namun mandat Amanat Agung adalah pergi dan memuridkan bangsa-bangsa. Fokusnya bukanlah didalam sini, melainkan diluar sana. Inilah tujuan Yesus datang ke b umi. Ini dimaksudkan untuk menjadi tujuan kita sebagai orang-orang yang telah ditebus. Amanat Agung dalam Matius 28: 19 berkata,

Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu.
Yesus tidak berkata,”Pergilah dan bangunlah gereja-gereja yang besar.” Dia bahkan tidak berkata,”Pergilah dan selamatkan orang-orang.” Dia tidak pernah berkata,”Kiranya gerejamu datang dibumi seperti disyurga.” Dia juga tidak berkata,” Carilah dahulu gereja dan seluruh kebenarannya.” Sebaliknya, denyut jantung-Nya adalah agar bangsa-bangsa diperintah oleh prinsip-prinsip kerajaan Allah. Itulah panggilan bagi setiap orang percaya dan setiap gereja.

Jadi mengapa perhatian kita tercurah untuk penginjilan peribadi dan membangun gereja? Masalahnya adalah pola pikiran kita. Kita sering lupa bahawa Kerajaan Allah telah datang. Kita lupa bahawa kita dipanggil untuk memerintah tanah perjanjian kita- dan untuk memerintah bangsa-bangsa. Kita lupa dengan kuasa yang kita terima dari Yesus Kristus. Jadi perhatian kita ditarik kepada gereja-gereja. Membangun sebuah gereja agak jauh lebih mudah dicapai daripada mentranfomasi suatu bangsa.

Latar belakang agama saya sendiri mengajar sya bahwa kerajaan Allah semata-mata adalah tentang surga, bukan bumi. Saya mengira pekerjaan kerajaan Allah itu berlangsung setelah kita meninggal, setelah kita pindah kekerajaan itu. Saya salah baca Alkitab dan perkataan Yesus. Saya menjadikan kerajaan Allah itu sesuatu yang hanya ada di masa depan, dan demikian fokus dan tujuan hidup saya salah arah. Saya memiliki dampak yang kecil pada dunia di sekitar saya. Namun kerana Allah ingin melakukan sesuatu di Ukraina yang jauh lebih besar daripada “gereja besar” kami atau diri saya, Dia dengan murah hati mengajar kami untuk mengambil posisi proaktif di masyarakat, untuk pergi keluar dari gedung kami dan menjalankan otoritas-Nya atas suatu bangsa dan pemerintah yang tidak saleh.

Kini banyak orang duduk di bangku gereja sambil berharap agar berhasil pergi ke kerajaan Allah, dan mereka tidak menyedari bahwa, menurut Yesus, kerajaan itu sudah ada di sini dan sekarang.tidak seorang pun yang harus mati dulu sebelum melihat kerajaan Allah. Kita sedekat yang kita mau dengan kerajaan itu. Yesus tidak meninggalkan kerajaan Allah di surga ketika dia datang ke bumi. Dia membawa kerajaan itu bersama-Nya. Orang percaya yang telah dilahirkan kembali berada dalam kerajaan itu pada saat ini. Kita dapat berhenti mengharapkannya- kerajaan itu sudah datang dua ribu tahun yang lalu, dan kerajaan itu tetap hadir bersama kita sekarang.

Jika kita lupa bahwa kerajaan itu sudah di sini sekarang. Kita menjauhkan diri dari panggilan kita untuk memuridkan bangsa-bangsa. Kita ingin menggunakan gereja sebagai lubang persembunyian kita dari masalah-masalah dunia. Peperangan ini tentu saja sengit, tetapi Allah mengutus orang Kristen bukan untuk bersembunyi di dalam, atau bahkan membangun, gereja-gereja, melainkan untuk memiliki dampak dalam hidup mereka dan untuk bangsa-bangsa di dunia. Janji Allah adalah, “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan hujung bumi manjadi kepunyaanmu” (Mazmur 2:8).

Bayangkanlah itu! Kita dimaksudkan untuk mewarisi bangsa-bangsa. Kita bertanggung jawab bukan atas ruang kebaktian dan ruang kelas sekolah minggu, namun atas bangsa kita. Di mata Allah kita tidak terpisah dari bangsa kita. Kita adalah milik bangsa-bangsa. Allah akan menuntut kita bertanggung jawab kepada bangsa-bangsa. Kita tidak dapat lari ke dalam gereja dan mengira tangan kita akan dicuci bersih dari semua yang terjadi di luar. Kita dipanggil ke dunia untuk memulihkan kerajaan itu. Dan jika ada negara yang menderita kerana budaya yang jahat, hal itu terjadi kerana gereja belum mengalahkannya dengan prinsip-prinsip kerajaan Allah. Allah tidak menjawab banyak doa gereja kami untuk menyelesaikan masalah kami yang membutuhkan sebuah tampat kebaktian, kereana dia memiliki rencana yang lebih besar- keselamatan bangsa kami, bukan sekadar menyediakan tempat baru untuk kami berkumpul.

Sebahagian orang merasa bahwa apabila mereka bekerja di taman kanak-kanak atau menyanyi dipaduan suara, mereka sudah memenuhi bidag pelayanan mereka. Namun ini bukan pelayanan yang sebenarnay. Ini hanyalah pekerjaan mengurus rumah. Tugas anda sebagai anggota paduan suara, sukarelawan guru, atau pengantar tamu adalah apa yang harus kita semua lakukan supaya gereja tetap berfungsi, namun ini tidak selalu memenuhi Amanat Agung. Amanat Agung terjadi di luar gereja Pelayanan adalah apa yang anda lakukan untuk membawa hidup anda dan lingkup pengaruh anda ke bawah pemerintahan kerajaan.


GEREJA DIGERAKAN OLEH KERAJAAN

Gereja tidak pernah manjadi fokus Amanat Agung, namun gereja selalu menjadi alat terpenting untuk melaksanakan Amanat Agung. Gereja adalah alat utama yang Allah gunakan melatih orang-orang sehingga mereka tahu bagaimana menemukan tanah perjanjian mereka dan memerintah di negara mereka. Gereja adalah markasnya, tetapi peperangan tidak berkecamuk di markas. Peperanagan terjadi di medan perang.

Satu Timotius 3:15 menyebut gereja sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Gereja menopang kerajaan Allah dengan menjasi sekolah tempat melengkapi, dan tempat mendukung untuk pengubah-pengubah dunia. Namun fokus kita harus tetap di luar, bukan di dalam. Kita harus pergi dari “sekolah” ke dunia dan membawa prinsip-prinsip kerajaan yang berkuasa itu untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia.

Jika orang kristen mengubah tujuan gereja dan menjadikannya tempat pemeliharaan pelarian, bukan tempat untuk memperlengkapi dan mungutus, kita sedang bekerja melawan Amanat Agung. Kita memelihara orang banyak, bukannya mengutus mereka keluar. Kita menimbun sumber daya kerajaan, iaitu orang-orang dan karunia mereka. Di banyak gereja, para pekerja Allah menjadi tawanan. Mereka seperti tawanan dan sang gembala adalah penjaga penjaranya.

Kita tidak di panggil untuk berdesak-desak di dalam ruang gereja, tetapi untuk mengembalikan kerajaan Allah ke dunia. Tetapi sebahagian orang kristen dan para pengkhotbah salah tafsir kata ecclesia, bahasa yunani untuk “gereja”, yang secara harfiah berarti “orang-orang yang dipanggil keluar”. Mereka keliru dengan meyakini bahwabarti kata itu adalah kita “dipanggil untuk menjauhi dunia”. Ini adalah kesalahan yang parah. Yesus berkata dalam Yohanes 17:15, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindugi mereka daripada yang jahat.”

Sebagai sebuah gereja kita “dipanggil keluar” dari prinsip-prinsip jahat dunia ini, namun kita tetap diminta untuk tinggal di sini. Kita tidak dibangun untuk menjadi biara. Panggilan kita adalah untuk beroperasi dari seperangkat prinsip yang berbeda dan lebih unggul dibandingkan dunia tampat tinggal kita. Gereja harus melatih kita untuk menjadi seperti Kristus, untuk mewujudkan Yesus dan prinsip-prinsip-Nya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita dapat bergerak dari suatu perspektip yang saleh. Itulah gunanya gereja. Itulah sebabnya kita datang pada hari minggu. Itulah sebabnya kita berkhotbah, mengajar, dan menyembah bersama-sama.

Allah menuntut gereja bertanggung jawab kepada masyarakat. Gereja adalah organisasi yang paling berpotensi di dunia kerana geraja dimulai oleh Yesus dan gereja adalah mempelai-Nya. Tak ada entitas lain di dunia ini yang sepenting gereja, terlepas dari semua kegagalannya; gereja adalah harapan Allah kerana melaluinya, hanya melaluinya, kerejaan Allah bisa datang.

Namun gereja hanya releven di bumi. Gereja tidak releven di surga. Ketika gereja tiba di surga, ia akan menjadi satu dengan Kristus. Jadi tugas gereja adalah di sini dan sekarang, untuk membawa kerajaan Allah ke bumi. Gereja-gereja datang dan pergi, namun kerajaan Allah itu kekal. Fokus kita haruslah pada kerajaan itu dan penebusan bangsa-bangsa. Gereja harus menjadi tempat pelatihan bagi orang-orang yang akan memengaruhi masyarakat di sekitar mereka.

Ketika saya dan orang-orang di gereja daya mulai memahami panggilan kerajaan kami, ketakutan kami lambat laun lenyap. Kami memutuskan untuk mengambil resiko yang sangat besar dan berbaris di alun-alun kita, sekalipun harus menghadapi bahaya. “Rakyat adalah kuasa,” kata Allah kepada saya. Inilah waktunya untuk membawa kuasa itu ke jalanan. Sedikit sekali yang kami ketahui bahwa tindakan ketaatan terhadap pemerintah ilahi dari surga ini, meskipun tidak biasa, akan berdampak jauh dalam membentuk sejarah bangsa kami.

Ketika kami taat, kami mempelajari prinsip-prinsip memengaruhi yang belum pernah kami tEmukan. Saya akan membagikannya untuk anda sekarang. Inilah yang saya sebut “Churchshift”(Perubahan wawasan gereja).


PRINSIP-PRINSIP
KERAJAAN
Dari bab 1

1. Gereja mengenapi mandatnya ketika ia mengubah masyarakat, bukan ketika ia terkurung di ruang ibadahnya dan kelas sekolah minggunya.

2. Isolusi gereja dari dunia ini telah mengakibatkan ketidakefektifan dan kegagalan dalam melaksanakan Amanat Agung.

3. Mandat Amanat Agung adalah pergi keluar dan memuridkan bangsa-bangsa.

4. Pelayanan adalah apa yang anda lakukan untuk membawa hidup anda dan lingkup pengaruh anada ke bawah pemerintahan kerajaan Allah.

5. Kita tidak dipanggil untuk berdesak-desak di dalam ruang ibadah gereja, tetapi untuk mengembalikan kerajaan Allah ke dunia.

6. Allah menuntut gereja bertanggung jawab kepada masyarakat.

7. Gereja harus menjadi tempat pelatihan bagi orang-orang yang akan memengaruhi masyarakat di sekitar mereka.

No comments: